Siapa pun yang menyaksikan laga Slowakia vs Italia, Kamis (24/6) malam waktu Indonesia, niscaya tak akan melupakan pertandingan itu. Mahkota Italia, juara Piala Dunia 2006, tergelincir di stadion Ellis Park, Johannesburg, Afrika Selatan.
Kalahnya Italia merubuhkan 'mitos' Piala Dunia: tak ada finalis Piala Dunia sebelumnya yang tak lolos ke putaran kedua di Piala Dunia selanjutnya. Kali ini justru 180 derajat berbeda. Dua finalis lalu, Prancis dan Italia yang beradu penalti pada 2006 di Jerman, harus pulang begitu cepat.
Gli Azzurri datang ke Afrika dengan membawa skuad pilihan Marcello Lippi. Sembilan orang di antara mereka berumur lebih dari tiga dekade. Banyak yang meragukan pasukan 'tuir' ini. Bukan hanya karena umur. Sejak menekuk Swedia di laga persahabatan akhir tahun lalu, Italia tak pernah menang lagi. Lima kali seri, dua kali kalah.
Di babak penyisihan kali ini, tiga laga Italia di Grup F selalu dimulai dengan kebobolan. Dua kali berhasil bangkit menyamakan skor 1-1 pada laga dengan Paraguay maupun Selandia Baru. Di laga ketiga, pertandingan penentuan, Italia tak mampu menyamakan skor, meski perjuangan mereka benar-benar hingga titik darah penghabisan.
Slowakia memimpin di menit ke-25 saat gawang Federico Marchetti, menggantikan Buffon yang cedera, dijebol Robert Vittek, yang menyambar operan tak akurat Daniele de Rossi. Skor itu bertahan hingga babak berganti. Pada menit ke-73, Vittek menambah golnya. Dengan posisi 2-0, Slowakia sudah di atas angin. Ketegangan menguar. Tergambar jelas di wajah Lippi.
Antonio Di Natale memecah ketegangan, membuka harapan dengan gol perdana. Namun delapan menit kemudian di menit 88, Kamil Kopunek memasukkan gol ketiga. Fabio Quagliarella mencetak gol kedua Italia di menit tambahan. Slowakia mengulur-ulur waktu dengan berbagai cara, yang mengakibatkan Italia frustrasi dan tegang, yang terwujud pada gagalnya sepakan Simone Pepe yang posisinya sudah cukup bagus dari kiper Vladimir Weiss.
Pertandingan berakhir dengan tangis di kubu Italia. Marcello Lippi segera balik kanan ke arah ruang ganti. Sang jenderal lapangan, Fabio Cannavaro, bisa menahan emosi namun segera lenyap dari lapangan. Slovakia merayakannya dengan membentuk lingkaran dan bersorak-sorai. Ini kali kedua mereka sampai ke Piala Dunia, dan kali pertama lolos ke putaran kedua.
Ah, apa mungkin tanah Afrika Selatan tak suka dengan warna biru? Mungkin kita harus bertanya pada rumput hijau yang bergoyang di lapangan Ellis Park.
Setelah mengucap au revoir pada Les Bleus, maka kini kita ucapkan pada Gli Azzurri: arrivederci..
Jum, 25-Jun 00:42 WIT
No comments:
Post a Comment