Wednesday, June 30, 2010
Waktunya Pelatih Asli Inggris
Manajer Tottenham Hotspur Harry Redknapp menjadi yang paling keras bersuara. Ia mengatakan sudah waktunya Inggris dilatih pelatih "dalam negeri" bukan olah pelatih asing. Capello yang ditunjuk sejak 2004 dan mendapat gaji 6 juta pound sterling per tahun merupakan pelatih asing kedua yang pernah menangani The Three Lions. Sebelumnya ada nama Sven-Goran Eriksson (2001-2006) dari Swedia.
"Coba Anda bayangkan seorang pelatih Inggris menangani timnas Italia. Itu tidak mungkin terjadi. Jerman juga begitu. Mereka mempunyai pelatih orang Jerman. Sedangkan kita sudah dua kali ditangani pelatih asing."
"Orang ini (Capello) mempunyai catatan bagus di tingkat klub. Tapi lihat, kita harus menerima kenyataan pahit ini sekarang. Ketika dia terus berlanjut, dalam empat tahun atau kapan pun, akan ada orang muda yang bermunculan dari negeri ini. Sudah saatnya mencari pelatih asal Inggris."
Soal prestasi, Capello sebenarnya justru paling baik dari semua pelatih Inggris yang pernah ada. Dari 28 pertandingan 19 diantaranya berujung kemenangan, 4 kali seri, dan hanya 5 kali kalah (67,9%). Catatan ini lebih baik dari Sir Alf Ramsey yang mencatat 69 menang, 27 seri, dan 17 kalah di 113 pertandingan (61,1%) meski kelebihannya Sir Alf memberikan gelar juara dunia tahun 1966.
Capello sendiri mengatakan ia takkan turun dari kursinya, meski ia mengaku akan bertemu bos Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Davie Richards, untuk membicarakan posisinya.
"Saya akan berbicara dengan ketua (FA) untuk memutuskan masa depan saya. Tergantung apakah bisa meyakinkan saya atau tidak."
Pelatih memang sasaran tembak paling empuk jika sebuah tim mengalami kegagalan....
Brazil
Sejak Carlos Dunga ditunjuk sebagai pelatih Brasil banyak kritikan yang dilontarkan. Brasil dinilai tak lagi indah, Brasil sekarang bukanlah Brasil yang memainkan tradisi sepak bola jogo bonito sepak bola menyerang dari kaki ke kaki, Brasil sekarang disebut tak lagi bergoyang ala Samba -- tarian khas yang melekat sangat erat dengan gerakan indah, eksotik, dan erotis.
Sejak Dunga datang, Brasil hanyalah sebuah tim yang bermain efektif dan hanya mementingkan kemenangan. Socrates -- kapten tim Brasil pada Piala Dunia 1982 -- bahkan sampai menyebut Dunga telah mengubah dan menghina "pakem" sepak bola Brasil.
Penampilan dinamis, skill individu menawan, dan menyerang menjadi alasan utama mengapa Brasil mencatat rekor lima kali juara Piala Dunia. Namun filosofi ini sedikit dimodifikasi sejak kedatangan Dunga pada 2006. Inilah yang dikritik Socrates.
Tapi Dunga dan pasukannya menjawab tudingan itu tadi malam dengan mengalahkan Cile 3-1. Meski tak semurni tim Brasil 1970 -- tim yang dinilai sebagai tim terbaik yang pernah ada -- namun Kaka dkk menampilkan permainan yang super enak ditonton.
Maicon, Lucio, Juan, dan Michel Bastos begitu disiplin menjaga barisan belakang. Gilberto Silva, Dani Alves -- yang dimainkan sebagai gelandang -- serta Ramires, meyokong di serbuan Kaka, Robinho, dan Luis Fabiano. Gilberto Melo, Kleberson, dan Nilmar yang masuk belakang juga tak kalah apik. Hasilnya, gol Juan (35), Luis Fabiano (38) dan Robinho (59) menyeruak ke gawang Claudio Bravo.
Inilah kali pertama -- setidaknya di Piala Dunia -- kita menyaksikan Brasil tampil lebih attraktif. Di fase grup -- Korea Utara, Pantai Gading, bahkan Portugal -- diklaim lebih bertahan saat bertemu selecao. Tapi Cile bukanlah Korea Uyara, Pantai Gading, atau Portugal.
Saya salut dengan asuhan Marcelo Bielsa ini. Sejarah dan catatan rekor mereka kalah jauh dibandingkan Brasil, tapi mereka tak perduli soal itu. Alexis Sanchez, Arturo Vidal, Humberto Suazo terus berusaha merangsek meski akhirnya kalah. Ini terbukti dari statistik. Cile melakukan 15 usaha mencetak gol, hanya terpaut dua di bawah Brasil yang melakukan 17 tendangan. Jempol buat Cile.
"Kekuatan Brasil terlalu berat buat kami. Kami tak mampu menahan mereka," kataa Marcelo Bielsa.
Satu tiket sudah di tangan Brasil. Lawan berat menunggu di perempat final; Belanda, tim yang juga memiliki talenta sepadan. The Oranje melangkah mulus sejak babak grup. Denmark (2-0), Jepang (1-0), Kamerun (2-1), dan Slovakia (2-1), gagal menghadang langkah pasukan Bert van Marwijk ini.
Brasil vs Belanda, sebuah partai yang jangan sampai Anda lewatkan. Dua tim dengan dua kiblat, dua gaya, dan dua pakem berbeda -- tapi satu kesamaan menyerang -- akan saling bertemu.
Ada maling ...
Maling ternyata tak hanya menggasak uang dari hotel tim Inggris. Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) juga tak terkecuali jadi korban kemalingan. Tak tanggung-tanggung tangan usil itu mengambil tujuh buah replika trofi Piala Dunia. Tujuh!
Komisaris polisi Afrika Selatan Jenderal Bheki Cele, Selasa (29/6), mengatakan pencuri memasuki markas FIFA di Johannesburg dan membawa tujuh buah trofi. Selain itu beberapa potong pakaian offisial FIFA juga tak ketingggalan diambil. Cele mengatakan pihaknya masih mengejar si pencuri yang disebutnya "orang dalam" dan tahu dengan baik kantor FIFA di sana.
Padahal kantor FIFA di kota itu terletak di Sandton, sebuah kawasan elit sebagai utara Johannesburg.
spain vs portugal
June 29, 2010 -- Updated 2203 GMT (0603 HKT)
David Villa slots the winning goal past Portugal goalkeeper Eduardo as Spain made the World Cup quarterfinals.
(CNN) -- David Villa was Spain's hero yet again as his goal helped them past Portugal and into the last eight of the World Cup.
The Barcelona striker registered his fourth goal of the competition just after the hour as he stabbed a shot past Portugal goalkeeper Eduardo.
It was just reward for Spain's endeavor against a largely defensive Portugal team, who struggled to get Cristiano Ronaldo into the game.
Villa's strike should have been added to but Spain squandered a clutch of clear cut chances.
Vicente Del Bosque's side will now face Paraguay in the last eight, after the South American side beat Japan on penalties.
Liverpool striker Fernando Torres nearly opened his account at the World Cup inside the first minute as he forced Portugal keeper Eduardo into a smart save.
Torres' strike partner Villa was the next to test the keeper, who beat away his low shot. Just four minutes later Villa's near post effort tested Eduardo again.
Portugal's first opportunity came in the 20th minute as Spain keeper Iker Casillas parried Tiago's shot into the air before punching clear when striker Hugo Almeida tried to turn the ball home.
Ronaldo tested Casillas with a free-kick from distance and the keeper spilled his powerful shot, before Almeida should have scored when he rose to meet Fabio Coentrao's cross from the left.
Five minutes after the break Almeida burst down the left and his cross took a defection off Carles Puyol and looped just past the post with Casillas beaten.
Torres was taken off for Fernando Llorente just before the hour mark and the Athletic Bilbao striker almost scored with his first touch, but his header from point blank range was saved by Eduardo.
In the 63rd minute Spain made the breakthrough, through a goal made in Barcelona. Andres Iniesta found Xavi, whose flick found Villa, and though his first shot was saved, he tucked the rebound home off the underside of the bar.
Real Madrid defender Sergio Ramos nearly made it two soon after but his low shot was brilliantly turned behind by Eduardo.
Danny had half a chance to equalize as the ball broke in the area but Joan Capdevila made a superb block.
Seconds later Ricardo Costa was sent off for an apparent elbow on Capdevila, and the red card signaled the end of Portugal's World Cup hopes.
Germany vs England
Dimenit ke 20, klose berhasil mencetak gol. Pertandingan semakin terasa begitu menegangkan karena inggris sudah tertinggal 1 angka atas jerman.
Inggris tak pantang menyerah untuk menyamakan kedudukan, tetapi pada menit ke 32, podolski yg menerima bola dari müller berhasil mencetak gol ke 2 atas jerman .
Inggris tidak begitu saja menerimanya tanpa melakukan perlawanan dan dimenit ke 37, upson berhasil mencetak gol untuk inggris. Dengan begitu kedudukan menjadi 2-1. Tercetaknya gol tersebut membuat para pemain inggris semangat untuk menyamakan kedudukan.
Inggris terus menyerang dan terlihat sebuah peluang. Lampard mencoba menendang bola ke arah gawang, bola sudah melaju ke bibir gawang dan neuer sang kiper tim jerman berhasil menangkapnya. Hakim garis memutuskan itu tidak gol atau dianulir. Banyak orang yang beranggapan bahwa seharusnya itu adalah sebuah gol untuk inggris, karena bola sudah melesat ke dalam bibir gawang.
Pertandingan dibabak pertama berakhir dengan score 2-1. Dibabak ke 2, inggris semakin gencar melakukan penyerangan dan perlawanannya terhadap jerman. Jerman pun tak mau kalah dengan inggris, walau mereka masih memimpin tapi mereka tetap perlu memperhatikan permainan dari inggris.
Wah dimenit 67, müller mencetak gol lagi. Pertandingan ini semakin terasa memanas karena inggris sudah tertinggal 2 angka. Perlawanan terus dilakukan inggris tapi lagi-lagi inggris gagal mencetak gol. Setelah terjadi gol ke 3, müller yang menerima bola dari özil mencetak gol lagi. Itu berarti jerman sudah jauh diatas inggris. Masih ada waktu sekitar 20 menit lagi, apakah inggris bisa mengejar ketinggalannya tersebut? Sepertinya tidak, jerman mempertahankan gawangnya dengan ketat. Sang pelatih tim jerman pun mengganti pemain kuncinya yaitu klose dan müller. Mungkin menurutnya, sudah cukup dengan score 4-1 saja. Tinggal jerman terus melakukan pertahanan yang ketat.
Waktu sekitar 20 menit dan penambahan waktu selama 4 menit pun, tak bisa digunakan inggris untuk mencetak gol lagi. Para supporter yang berada distadion pun sudah merasa bahwa negara kesayangannya inggris akan kalah. Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh jerman dengan score 4-1.
Saturday, June 26, 2010
Conan
Salah satu cerita yang terdapat di komik Detective Conan (名探偵コナン) edisi new special vol.21.......
Dibaca yah .......
^_^
Taksi Perampok
Part 1
Hujan yang kelihatannya tidak akan reda. Conan, Sonoko, dan juga Ran yang baru saja pulang berbelanja. Untuk ke stasiun mereka harus menggunakan taxi, terlihat dari kejauhan taxi datang dan Sonoko mencoba memberhentikannya tetapi taxi itu malah mencoba menyerempet Sonoko. Untungnya Conan berhasil menarik tangan Sonoko sehingga ia tidak terserempet taxi tersebut.
"Dia pake topeng, jangan..... jangan", kata conan.
Ternyata ia perampok bank, Conan mencoba mengejar taxi tersebut dengan skateboardnya karena keadaan jalan yang sangat licin, ia tergelincir. Untuk saat-saat seperti ini Conan telah menempelkan alat pelacak pada taxi, sehingga ia tahu ke arah mana mobil tersebut melaju. Taxinya berhenti dan si perampok mau membuang mobil tersebut.
Di tempat kejadian tersebut sudah ada polisi dan tentunya Inspektur Migure.
"Yang tersisa di taxi curian ini hanya topeng dan jas serta pistol mainan. Pelaku dan koper berisi uang curiannya tidak ditemukan", kata Inspektur Migure.
Tak lama ada 3 orang yang dicurigai oleh polisi yaitu Makoto Baba (31), Ryuu Akiyama (28), Hiroshi Yamamoto (30).
"Tiga orang ini masuk stasiun bawah tanah didepan pada kurun waktu ketika mobil ditinggalkan. Menurut saksi mata si pelaku melakukan kejahatanya dengan menggunakan sarung tangan. Ketiga orang ini masing-masing membawa sarung tangan", kata salah seorang polisi.
Akhirnya mereka bertiga digeledah kembali untuk membuktikan kebenarannya.
Dimulai dari Baba, ia membawa sarung golf karena ia sedang menuju tempat latihan golf. Kemudian Akiyama membawa sarung snowboard karena ia mau melakukan perawatan snowboard di bengkel. Yang terakhir sarung Yamamoto sarung tangan tentara, ia ingin mendaki gunung sendirian tapi karena lupa membawa peralatan anti hujan ia bermaksud pulang untuk mengambilnya dirumah.
"Kenapa memakai mobil ini untuk kabur? Kenapa ia mencuri taxi yang mencolok? Untuk apa gerangan? analisis yang sedang conan pikirkan.
Part 2
Apakah ada hubungannya? Koper berisi uang yang hilang dan taxi yang mencolok? Lagi-lagi itu baru analisis dari conan.
"Adakah si pelakunya diantara mereka?", tanya Inspektur Migure kepada direktur cabang.
"Tidak aku tidak bisa mengenalinya sebab ia memakai topeng dan jas hujan", jawab direktur cabang. Ketiga orang yang dicurigai sudah mulai merasa tidak nyaman dan meminta untuk pulang. Pak direktur pun memberikan keterangan bahwa si perampok memakai sarung tangan tentara warna hitam.
"Apa boleh buat kita biarkan mereka pulang saja", celetus Inspektur Migure.
Conan berdiri tepat didepan pintu taxi tersebut dan tak sengaja pintu taxi terbuka secara otomatis.
Salah seorang polisi mengatakan, "begitu aku memeriksa isi mobil, kakiku tersangkut tuas pintu otomatis".
Conan mulai mendapat titik terang dari kasus ini.
"Aku mengerti, alasan si pelaku menggunakan taxi dan melewati jalan kecil. Tidak salah lagi!!!! Orang itulah pelakunya!!!" , pikir Conan.
"Lho, aneh kalau tidak salah disekitar sini", kata Akiyama. Terdengar suara "ketemu yang dicari", setelah akiyama menengok ternyata itu suara Conan. Akiyama kaget setengah mati.
"Kopernya ada disini, kak!! Kopernya disembunyikan di semak belukardi tanah kosong ini. Rencananya akan kau ambil nanti", kata Conan.
"Kami sudah memeriksa isi kopernya, Akiyama kaulah perampok bank itu, kan?", lanjut Inspektur Migure.
"Sial!! Kenapa bisa ketahuan disembunyikan di tanah kosong ini? Ku kira tak akan ketahuan!!, kata Akiyama.
"Benar juga kamu tahu dari mana tempat persembunyian ini, Conan", kata Inspektur Migure.
"Kalau tidak salah, si pelaku mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi,kan? Mana ada waktu untuk menghentikan mobildan menyembunyikan koper di tengah -tengah tanah kosong ini", lanjut Inspektur Migure.
"Salah!! Si pelaku bukannya berhenti, tapi justru menambah kecepatan sewaktu berbelok tajam. Kekuatan sentrifugal. Si pelaku memanfaatkan kekuatan sentrifugal yang terjadi sewaktu dia menikung tajam, untuk melempar kopernya keluar", jawab Conan.
"Melempar keluar?! Sambil menyetir sendirian?", tanya Inspektur Migure.
"Ya karena itulah si pelaku memilih taxi untuk pelariannya. Taxi pakai pintu otomatis, kan?? Sewaktu dalam pelarian, si pelaku menggerakkan kekuatan sentrifugal. Ketika berbelok sambil membuka pintu otomatis. Dan melemparkan koper yang ditaruh di kursi belakang",kata Conan.
"Benar juga.. lalu kopernya meluncur sejauh itu di atas rumput yang basah karena hujan, ya? Tapi kok, tidak gagal, ya?",lanjut Inspektur Migure.
"Ya, jika jatuh meluncur, semua rencana ini akan sia-sia. Karena itu, kak Akiyama.... menggunakan snowboardnya sebagai alat peluncur. Snowboard yang licin karena lilin. Sewaktu penggeledahan, kakak meletakkan permukaan papan yang berlilin itu telungkup ke lantai beton, kan? Kakak peduli dengan perawatan snowboard, tapi kenapa meletakkannya dengan cara begitu? Biasanya permukaan yang berlilin ditaruh menghadap ke atas, kan? Apa karena ada goresan yang terbentuk waktu koper itu meluncur di permukaan lilin?",kata Conan.
"Coba lihat sebentar", kata salah seorang dari tim kepolisian.
"Hei tunggu!!", kata Akiyama dengan ekspresi ketakutan perbuatannya akan segera terbongkar.
"Oh, ada bekas cat koper!!!", kata Polisi.
"Sudah kuduga, mestinya bagian ini ditaruh menghadap ke atas", kata Conan.
"Lho? tapi aneh.. Kalau tidak salah sarung tangan si pelaku bentuknya tidak begini. Apa aku salah lihat?", kata Direktur cabang
"Pinjam sebentar. Aku tahu, soalnya aku juga suka main snowboard. Kebanyakkan tipe sarung tangan untuk snowboard seperti ini dirancang agar tidak mudah basah kena salju. Kalau magic tapenya dilepas, sarung tangan didalamnya pun akan lepas", kata Conan sambil membuka sarung tangan snowboard dengan menunjukkan bahwa didalamnya ada magic tapenya.
"Inspektur ini dia",lanjut Direktur cabang.
"Benar juga!! Tak kusangka,sarung tangannya double. Hebat sempurna sekali....", kata Inspektur Migure.
"Ya, ini adalah kejahatan yang dirancang dengan sempurna. Tapi karena perilaku sempurna, pemilihan mobil dan jalur pelarian yang sia-sia itu justru jadi mencolok", kata Conan.
"Bukan itu, Conan... Maksudku analisismu!! Kamu bisa menebak semua hal seperti Shinichi!!", kata Inspektur Migure.
Dengan gugup Conan menjawab, "eh itu... Tadi aku tanya paman Kogoro lewat telepon".
"Eh? Benarkah?", lanjut Inspektur Migure.
Tiba-tiba Akiyama berusaha kabur dengan menggunakan taxi curian. Tentu saja Conan menggagalkan rencananya yang ingin kabur. Akhirnya si pelaku tertangkap dan Conan segera kabur agar tindakannya kali ini tidak dicurigai lagi.
Friday, June 25, 2010
Italia Angkat Koper, Lippi Akui Gagal
|
Kekalahan ini menyebabkan Italia harus segera angkat koper dari Afrika Selatan. "Saya bertanggung jawab seluruhnya. Saya tidak menyiapkan tim ini dengan baik," kata Lippi seperti dikutip laman The Telegraph.
"Tidak ada alasan. Kalau tim su$dah masuk lapangan dan ternyata kaki, kepala, serta hati mereka error, tidak bisa mengatur ekspresi diri, ini artinya pelatih belum menyiapkan mereka dengan benar. Saya gagal."
Menurut Lippi, Italia memang tidak mungkin mempertahankan gelar di Piala Dunia Afrika Selatan. "Tapi tadinya, saya kira, kami bisa bermain lebih baik," kata dia tidak bisa menutupi kekecewaan. Pelatih yang menginjak usia 62 tahun ini sempat jadi pahlawan saat membawa Azzurri memenangkan Piala Dunia 2006. Tapi, setelah kekalahan tadi malam, dia berniat mundur jadi pelatih.
"Saya akan istirahat beberapa bulan. Setelah itu, kita lihat saja," katanya. Posisi Lippi segera diganti oleh Cesare Prandelli.
Lippi pernah mundur dari kursi pelatih setelah Italia memenangkan Piala Dunia 2006 di Jerman. Namun, dia kembali pada 2008 setelah Italia tampil mengecewakan di Liga Eropa.
Kekalahan ini membuat skuad Italia jadi sasaran cercaan media. (kd)
Gattuso: Kami Menghantam Batu
|
Tersingkirnya Italia menguatkan mitos kalau juara bertahan akan selalu gagal mempertahankan gelar. Sejak tahun 1962 saat Brasil mempertahankan gelar juaranya, tak ada lagi tim manapun yang bisa melakukannya.
Italia bisa dibilang parah. Pasukan Marcello Lippi ini bahkan tak bisa mencetak kemenangan. Mereka cuma punya 2 poin hasil imbang melawan Paraguay dan Selandia Baru.
"Sepakbola Italia harus melakukan introspeksi diri. Saat kami menang, kami mendapatkan medali. Saat kalah, malu yang kami dapat," kata Gennaro Gattuso pada Corriere Dello Sport.
Di Grup F, Italia menjadi juru kunci. Perolehan poin mereka bahkan kalah dari tim anak bawang Selandia Baru.
"Malam ini kami menghantam batu," kata Gattuso yang akan segera pensiun dari timnas. (Goal)
VIVA news
Italia Tidak Konsisten
|
"Tidak ada gunanya mencari alibi, kita malu sendiri dengan hasil ini," kata De Rossi.
"Kami selalu goyah dan tidak konsisten dalam penampilan di lapangan," ujarnya.
De Rossi pasrah jika saat pulang ke Italia nanti akan banyak kritikan yang dialamatkan kepada dirinya dan timnas Italia.
Padahal, sebelum laga Slovakia para skuat Italia merasa tenang dan tidak dalam tekanan untuk menghadapi laga penentu tersebut.
"Bahkan kami bercanda dan tertawa sebelum pertandingan, karena kami percaya kami akan tetap lolos. Rasanya mustahil," terang De Rossi. (Football Italia).
VIVA news
Italia Tersingkir, Cannavaro Menangis
|
|
Canna -sapaannya- yang empat tahun lalu bisa mencium trophy Piala Dunia, tahun ini bahkan tak bisa mencapai babak kedua. Pria yang sehari sebelum pertandingan menyatakan 'belum mau pulang' itu langsung menutup wajahnya begitu peluit panjang ditiup.
Beberapa saat kemudian Canna memang terlihat tegar dan meninggalkan lapangan. Namun masuk lorong pemain, Canna tertangkap kamera mengusap air dari matanya.
Namun kesedihan Canna sebenarnya dirasakan juga oleh beberapa negara mantan juara. Sebab tersingkirnya Italia menguatkan mitos kalau juara bertahan akan selalu gagal mempertahankan gelar. Sejak tahun 1962 saat Brasil mempertahankan gelar juaranya, tak ada lagi tim manapun yang bisa melakukannya.
Meski demikian, hasil yang diraih Gli Azzuri memang memprihatinkan. Dalam tiga laga penyisihan grup, anak asuh Marcello Lippi ini belum pernah menang. Canna cs hanya merebut dua kali imbang dan sekali kalah.
Itu membuat Italia menjadi juru kunci Grup F dengan dua poin. Lebih sedikit dua poin dari negara debutan Slovakia yang keluar sebagai Runner Up grup.
VIVA news
Italia vs Slovakia
|
|
VIVAnews - Italia berniat kembali mengulang prestasinya di Piala Dunia 2006. Tapi, Gli Azzurri harus lolos dahulu dari penyisihan Grup F.
Syarat pertamanya adalah mengalahkan Slovakia, Kamis 24 Juni 2010. Slovakia jadi lawan terakhir Azzuri di penyisihan Grup F. Dengan hanya mengemas poin dua dari dua laga, menang adalah kewajiban bagi Italia.
Ketegasan ini disampaikan oleh kapten Italia, Fabio Cannavaro. "Saya ulangi apa yang dikatakan pelatih (Marcello Lippi). Kami tidak ingin Slovakia menjadi pertandingan terakhir kami," kata Cannavaro dikutip dari Tribal.
"Kami sudah menyiapkan Piala Dunia ini selama dua tahun. Kami tidak mau pulang hanya dengan menjalani tiga pertandingan saja," lanjut Canna.
Jika menang atas Slovakia, Italia kemungkinan besar lolos menjadi runner up Grup F. Cannavaro cs akan menjajal Belanda yang kemungkinan menjadi juara Grup E di babak 16 besar.
Namun, jika terjadi skenario terburuk yakni Italia tersingkir di penyisihan grup, maka Cannavaro menyatakan tidak akan ada rasa penyesalan.
"Kami tidak akan merasa malu sama sekali. Kami bermain sepakbola dan tahu ini akan terjadi. Kami Italia, sudah memenangi empat Piala Dunia dan tahu apa yang orang harapkan," tutup Cannavaro. (one)
Lawan Slovakia, Lippi Mainkan Gattuso
|
|
Italia kini menghuni posisi kedua klasemen sementara dengan koleksi 2 poin dari 2 laga. Untuk memastikan tiket babak 16 besar, Azzurri butuh tiga poin dalam duel yang akan digelar di Ellis Park Stadium, Johannesburg malam ini.
Sebaliknya, hasil imbang apalagi kalah akan membuat Italia bergantung pada duel Grup F lainnya, yakni Paraguay vs Selandia Baru. Italia bakal tersingkir bila Selandia Baru berhasil merebut tiga poin.
Tak ingin timnya masuk kotak, Lippi pun melakukan perubahan pada komposisi timnya. Untuk mematahkan aliran bola Slovakia, Lippi memilih menurunkan pemain veteran Gennaro Gattuso.
Dalam dua laga sebelumnya, pemain veteran itu hanya menghuni bangku cadangan. Dalam duel ini Lippi juga memarkir Claudio Marchisio dan Alberto Gilardino.
Still about Italy ...
KOMPAS.com - Italia harus menanggung malu yang sangat besar di Piala Dunia 2010 ini. Datang dengan status juara bertahan, "Gli Azzurri" justru pulang lebih awal dengan linangan air mata karena membawa luka yang sangat dalam. Ya, luka yang membuat para pemain dan seluruh masyarakat sepak bola Italia (dan para pendukung) meratap.
Bagaimana tidak, "La Nazionale" tergabung di grup yang terbilang relatif ringan karena dihuni Paraguay, Selandia Baru dan Slovaki, sehingga mereka difavoritkan bakal mendapatkan satu tiket menuju babak 16 besar. Tetapi, tim besutan Marcello Lippi ini justru tersingkir secara tragis karena tidak pernah meraih kemenangan, dan dalam laga penentuan kalah 2-3 dari Slovakia. Inilah yang membuat duka menyelimuti langit Italia.
Edisi online Corriere della Sera, yang merupakan suratkabar terbesar di negara tersebut, mengatakan "Azzurri, Farewell to the World Cup." (Azzurri, selamat tinggal Piala Dunia). Sedangkan Repubblica menulis "hasil ini lebih buruk dari pada Korea," merujuk pada aib yang terjadi pada Piala Dunia 1966, ketika Italia di luar dugaan kalah 0-1 dari Korea Utara, yang membuat mereka juga tersingkir.
Ya, pada Piala Dunia edisi kedelapan tersebut, Italia juga tersingkir di fase penyisihan grup karena hanya menempati peringkat tiga. Tetapi waktu itu, Azzurri masih bisa sedikit tersenyum karena sempat mengecapi kemenangan 2-0 atas Chile (keseluruhan Italia kalah 0-1 dari Uni Soviet dan dipermalukan Korut).
Namun pada Piala Dunia 2010 ini, Italia benar-benar menjadi debu. Sudah tidak meraih kemenangan, mereka juga tersingkir karena menjadi juru kunci. Malah, juara dunia empat kali ini tertindas oleh Selandia Baru, yang levelnya jauh di bawah.
Padahal, dalam laga pamungkas melawan Slovakia di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Kamis (24/6/10), para pendukung Italia di Roma sangat antusias menyaksikan pertandingan tersebut. Melalui layar raksasa, mereka menggelar nonton bersama untuk memberikan semangat kepada Fabio Cannavaro dan kawan-kawan, yang sedang berjuang mengejar tiket perdelapan final.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Italia justru menerima kenyataan pahit. Alih-alih meraih kemenangan sehingga langkahnya tak ditentukan oleh hasil pertandingan Paraguay vs Selandia Baru, Azzurri justru terpuruk karena kalah 2-3. Ini berarti mereka harus mengikuti jejak rivalnya yang menjadi lawan pada final Piala Dunia empat tahun silam, Perancis, yang juga tersingkir secara memalukan.
Ketika Italia sudah tertinggal 0-2 lewat gol Robert Vittek, warga Italia sudah mulai berduka. Suasana kota menjadi hening, karena bukan cuma penonton di taman yang pulang dengan shock, tetapi mereka yang menyaksikan pertandingan di sejumlah pub pun beranjak dari tempat duduk. Hasil getir ini diterima dengan lapang dada.
Memang, melihat performa Azzurri sepanjang putaran final Piala Dunia 2010 ini, tak terlalu mengherankan jika mereka tersingkir. Selain dihuni para pemain tua (9 pemain berusia di atas 30 tahun) dan diselimuti cedera yang membekap beberapa pemain pilar, permainan Italia juga sangat buruk.
Italy ...
Saat FIFA World Cup 2006, kedua negara itu lolos kebabak final. Zidane yang saat itu menjadi kapten tim perancis, mendapat kartu merah ditengah-tengah pertandingan dan hasilnya italy yang menjadi pemenang FIFA 2006. Kemenangan itu tidak lepas dari peran sang pelatih yaitu Marcello Lippi.Ia juga yang mengantarkan italy menjadi finalis diEURO 2000.Tetapi itu FIFA 2006, ternyata perjalanan italy di FIFA 2010 tidak berjalan dengan mulus. Dengan melihat perjalanan italy di group f contohnya italy vs paraguay hasilnya seri kemudian italy vs selandia baru pun seri.
Tadi malam pun (24/06) italy telah mengalami kekalahan melawan slovakia dengan score 3-2. Pada babak pertama slovakia telah mencetak gol, gol pertama ini membuat italy mengalami tekanan. Italy terlihat bermain tidak semangat pada babak pertama. Kemudian dibabak kedua, slovakia berhasil mencetak golnya lagi . Ini semakin membuat italy putus asa untuk dpaat lolos ke 16 besar. Tetapi pada menit ke 81 italy pun berhasil mencetak gol. Gol ini membuat italy sangat bersemangat untuk menyamakan kedudukan. Tak lama dari gol italy, slovakia kembali mencetak gol yang ke 3. Sekarang pun score menjadi 3-1. Seharusnya gol slovakia ini tak perlu terjadi kalau saja italy menjaga pertahanannya dengan ketat.
Gol ini tidak menyurutkan semangat italy , walaupun waktu sudah berjalan selama 90 menit. Penambahan waktu selama 4 menit, semoga saja dapat membantu kedudukan italy dan dimenit 92, italy mencetak golnya yang ke 2.
hufft, mungkin para penggila bola yang sedang menonton pertandingan ini akan mengalami ketegangan yang saya rasakan apalagi jika kalian mendukung tim italy. Wasit pun meniupkan pluitnya, itu tandanya pertandingan slovakia vs italy berakhir dengan kekalahan atas italy. Kekalahan ini membuat pelatih dan para pemain merasa kecewa. Kekalahan ini pun akan terus menjadi torehan bagi negara yang sering dijuluki azzuri ini, tak bisa hilang dari catatan dunia sepakbola.
Namun ini semua bukan akhir dari perjalanan tim Italy untuk terus melebarkan sayap di dunia sepakbola. Sebuah kekalahan bukanlah suatu kegagalan tetapi kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.
Shah Rukh Khan Menyelesaikan Buku '20 Years To A Decade'
Aktor Shah Rukh Khan saat ini kembali mengerjakan autobiografi nya yang berjudl '20 Years To A Decade'.
Aktor Shah Rukh Khan saat ini kembali mengerjakan autobiografi nya yang berjudl '20 Years To A Decade'.
SRK dan keluarganya dikabarkan sedang berlibur di Turkey dan tampaknya memberi inspirasi bagi SRK untuk menuangkan idenya ke dalam buku.
"Saat ini di kota pelabuhan Kusadasi di Turkey, perjalanan yang romantis dan penuh dengan ide kreatif. Harus memulai menulis buku lagi," tulis nya di akun Twitter.
Sebuah sumber terdekat SRK mengatakan, "Shah Rukh mencari waktu untuk merilis bukunya tahun ini, tapi sepertinya akan dirilis pada pertengahan tahun atau akhir tahun. Dia sibuk dengan jadwal kerja nya, bepergian, cedera bahu dan syuting 'Ra.One' yang membuat rilis buku tertunda."
Marcello Lippi
Marcello Lippi: Saya Gagal Melatih
Juara bertahan Italia kalah 3-2 dari tim debutan Piala Dunia Slowakia, yang lolos ke babak 16 besar bersama Uruguay, padahal Gruf F di mana Italia bercokol itu dianggap sebagai grup lemah.
"Saya menanggung semua tanggung jawab. Saya tidak menyiapkan tim ini dengan cukup baik," kata Lippi yang wajahnya merah (menahan malu) dalam jumpa pers yang tidak diselipi satu pun pertanyaan dari wartawan.
"Saya tidak memikirkan kami bisa memenangkan Piala Dunia, meski begitu saya menyangka kami akan tampil lebih baik."
Dalam satu penilairan terjujurnya mengenai apa yang telah terjadi, selama 15 menit mengungkapkan pernyataan yang mengungkapkan keterpukulannya.
"Saya gagal melatih tim dengan cukup baik, mereka tidak siap untuk laga sepenting itu. Saya kira, selama satu jam 15 menit, dan dari alasan-alasan psikologis, semuanya tidak berjalan," katanya.
Pria berusia 62 dan menjadi pahlawan yang mengantarkan Azzurri menjuarai Piala Dunia 2006, sudah menyatakan bakal mengundurkan diri setelah putaran final Piala Dunia 2010 selesai. Dia akan digantikan oleh Cesare Prandelli.
Lippi pertama kali mengundurkan diri dari pelatih timnas Italis setelah keberhasilan negara itu di Piala Dunia Jerman 2006, namun kembali lagi ke pasukannya pada 2008 setelah penampilan mengecewakan Italia di Piala Eropa yang saat itu diasuh Roberto Donadoni.
"Saya tidak menyesal kembali (melatih timnas), saya kembali dengan antusiasme yang besar," tambahnya.
Lippi mendapat kecaman pedas dari media Itali setelah hanya bisa bermain seri 1-1 dengan dua lawan terdahulunya. Dia menyatakan belum berhasrat melatih sepakbola lagi.
"Saya akan istirahat beberapa bulan dan kita lihat saja nanti." katanya.
Jumat, 25 Juni 2010 00:49 WIB
FIFA World Cup 2010
Inggris Lolos Berkat Keberanian Capello
Kekhawatiran Inggris gagal lolos ke babak 16 besar -- seperti yang dialami Prancis -- tak terjadi. Gol tunggal Jermain Defoe memenangkan The Three Lions 1-0 atas Slovenia pada pertandingan terakhir di Nelson Mandela Bay Stadium, Port Elizabeth, satu jam lalu. Kuncinya? Keberanian pelatih Fabio Capello dalam meramu skuad dan memberikan kepercayaan pada pemain.
Setelah hanya meraih dua hasil imbang -- dengan Amerika Serikat 1-1 dan 0-0 melawan Aljazair -- posisi Inggris mengkhawatirkan sebelum laga melawan Slovenia. Hanya kemenangan yang bisa meloloskan mereka ke babak berikutnya.
Tahu dengan kondisi ini, Capello melakukan langkah cukup mengejutkan. Pelatih asal Italia itu merombak susunan starting eleven. Matthew Upson, James Milner, dan Jerman Defoe masuk sejak awal menggantikan Jamie Carragher yang absen karena akumulasi kartu, Aaron Lennon yang tak maksimal di sektor sayap kanan, serta Emile Heskey yang lebih banyak jadi 'pengganggu' konsentrasi lawan di dua pertandingan pertama.
Perubahan ini berjalan cukup baik meski tak bisa dibilang maksimal. Gerrard bergerak leluasa di kanan dan berganti posisi dengan sayap kiri yang diisi Milner. Wayne Rooney berduet dengan Defoe di depan.
Hasilnya, dua pemain 'baru' -- Milner dan Defoe -- andil dalam terjadinya gol semata wayang di menit ke-22. Umpan Milner dari sisi kanan langsung disambar Defoe.
Langkah berani kembali dilakukan Capello ketika menarik Rooney di menit ke-72 digantikan Joe Cole. Harapannya, eks-pemain Chelsea itu bisa mencari peluang dengan skillnya. Capello juga berusaha mencari alternatif serangan dengan memasukkan Heskey menggantikan Defoe di menit ke-86. Sayang, dua pergantian ini tak menghasilkan.
Dari penampilan malam ini menunjukkan Inggris masih punya masalah di lini depan, hal yang tak terjadi ketika kualifikasi. Dari 10 pertandingan, Inggris menang 9 kali dan hanya kalah 1 kali dengan catatan gol 34 memasukkan dan hanya kemasukan 6 gol. Penampilan Inggris-pun sejauh ini belum seimpresif Brasil atau Argentina atau Belanda.
Setidaknya, keberanian Don Fabio meramu skuad untuk menemukan formula yang pas harus diberi selamat. Capello mengatakan kepada Reuters sesudah pertandingan, "Pikiran kami kini sudah bebas, tak ada lagi ketakutan."
Fase grup sudah dilewati. Meski menang, Inggris hanya berada di posisi runner-up grup kalah selisih gol dari Amerika yang membungkam Aljazair 1-0 berkat gol Landon Donovan di menit terakhir. Artinya, mereka bakal bertemu juara Grup D yang masih diperebutkan Ghana, Jerman, dan Serbia.
Arrivederci Gli Azzurri
Kalahnya Italia merubuhkan 'mitos' Piala Dunia: tak ada finalis Piala Dunia sebelumnya yang tak lolos ke putaran kedua di Piala Dunia selanjutnya. Kali ini justru 180 derajat berbeda. Dua finalis lalu, Prancis dan Italia yang beradu penalti pada 2006 di Jerman, harus pulang begitu cepat.
Gli Azzurri datang ke Afrika dengan membawa skuad pilihan Marcello Lippi. Sembilan orang di antara mereka berumur lebih dari tiga dekade. Banyak yang meragukan pasukan 'tuir' ini. Bukan hanya karena umur. Sejak menekuk Swedia di laga persahabatan akhir tahun lalu, Italia tak pernah menang lagi. Lima kali seri, dua kali kalah.
Di babak penyisihan kali ini, tiga laga Italia di Grup F selalu dimulai dengan kebobolan. Dua kali berhasil bangkit menyamakan skor 1-1 pada laga dengan Paraguay maupun Selandia Baru. Di laga ketiga, pertandingan penentuan, Italia tak mampu menyamakan skor, meski perjuangan mereka benar-benar hingga titik darah penghabisan.
Slowakia memimpin di menit ke-25 saat gawang Federico Marchetti, menggantikan Buffon yang cedera, dijebol Robert Vittek, yang menyambar operan tak akurat Daniele de Rossi. Skor itu bertahan hingga babak berganti. Pada menit ke-73, Vittek menambah golnya. Dengan posisi 2-0, Slowakia sudah di atas angin. Ketegangan menguar. Tergambar jelas di wajah Lippi.
Antonio Di Natale memecah ketegangan, membuka harapan dengan gol perdana. Namun delapan menit kemudian di menit 88, Kamil Kopunek memasukkan gol ketiga. Fabio Quagliarella mencetak gol kedua Italia di menit tambahan. Slowakia mengulur-ulur waktu dengan berbagai cara, yang mengakibatkan Italia frustrasi dan tegang, yang terwujud pada gagalnya sepakan Simone Pepe yang posisinya sudah cukup bagus dari kiper Vladimir Weiss.
Pertandingan berakhir dengan tangis di kubu Italia. Marcello Lippi segera balik kanan ke arah ruang ganti. Sang jenderal lapangan, Fabio Cannavaro, bisa menahan emosi namun segera lenyap dari lapangan. Slovakia merayakannya dengan membentuk lingkaran dan bersorak-sorai. Ini kali kedua mereka sampai ke Piala Dunia, dan kali pertama lolos ke putaran kedua.
Ah, apa mungkin tanah Afrika Selatan tak suka dengan warna biru? Mungkin kita harus bertanya pada rumput hijau yang bergoyang di lapangan Ellis Park.
Setelah mengucap au revoir pada Les Bleus, maka kini kita ucapkan pada Gli Azzurri: arrivederci..
Jum, 25-Jun 00:42 WIT
Pemain Italy
- Manajer
- Marcello Lippi
Bermain | Gol | Kartu Merah | Kartu Kuning | |||
---|---|---|---|---|---|---|
Penjaga gawang | ||||||
12 | Federico Marchetti | 3 | 0 | 0 | 0 | |
1 | Gianluigi Buffon | 1 | 0 | 0 | 0 | |
14 | Morgan De Sanctis | 0 | 0 | 0 | 0 | |
Bek | ||||||
5 | Fabio Cannavaro | 3 | 0 | 0 | 1 | |
19 | Gianluca Zambrotta | 3 | 0 | 0 | 0 | |
4 | Giorgio Chiellini | 3 | 0 | 0 | 1 | |
3 | Domenico Criscito | 3 | 0 | 0 | 0 | |
2 | Christian Maggio | 1 | 0 | 0 | 0 | |
13 | Salvatore Bocchetti | 0 | 0 | 0 | 0 | |
23 | Leonardo Bonucci | 0 | 0 | 0 | 0 | |
Gelandang | ||||||
6 | Daniele De Rossi | 3 | 1 | 0 | 0 | |
7 | Simone Pepe | 3 | 0 | 0 | 1 | |
22 | Riccardo Montolivo | 3 | 0 | 0 | 0 | |
16 | Mauro Camoranesi | 2 | 0 | 0 | 1 | |
15 | Claudio Marchisio | 2 | 0 | 0 | 0 | |
8 | Gennaro Gattuso | 1 | 0 | 0 | 0 | |
21 | Andrea Pirlo | 1 | 0 | 0 | 0 | |
17 | Angelo Palombo | 0 | 0 | 0 | 0 | |
Pemain depan | ||||||
9 | Vincenzo Iaquinta | 3 | 1 | 0 | 0 | |
10 | Antonio Di Natale | 3 | 1 | 0 | 0 | |
11 | Alberto Gilardino | 2 | 0 | 0 | 0 | |
20 | Giampaolo Pazzini | 1 | 0 | 0 | 0 | |
18 | Fabio Quagliarella | 1 | 1 | 0 | 1 |
Tim Nasional sepakola Italy ....
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Julukan | Azzurri (Biru Langit) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Asosiasi | Federasi Sepak bola Italia (Federazione Italiana Giuoco Calcio) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Pelatih | Marcello Lippi | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan terbanyak | Paolo Maldini (126) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Pencetak gol terbanyak | Gigi Riva (35) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
Pertandingan internasional pertama | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Italia 6 - 2 Perancis (Milan, Italia; 15 Mei 1910) | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemenangan terbesar | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Italia 9 - 0 Amerika Serikat (Brentford, Inggris; 2 Agustus 1948) | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Kekalahan terbesar | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Hongaria 7 - 1 Italia (Budapest, Hongaria; 6 April 1924) | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Piala Dunia | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 15 (Pertama kali pada 1934) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Juara, 1934, 1938, 1982, 2006 | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Piala Eropa | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Penampilan | 7 (Pertama kali pada 1968) | ||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil terbaik | Juara, 1968 |
Tim nasional sepak bola Italia telah 15 kali ikut dalam Piala Dunia FIFA. Mereka absen hanya pada 1930 dan 1958.
Federasi Sepak Bola Italia, Federazione Italiana Giuoco Calcio berdiri pada 1898 dan bergabung dengan Fédération Internationale de Football Association pada 1905. Italia adalah negara kedua setelah Brasil yang paling sering menjuarai kejuaraan bergengsi Piala Dunia dengan empat raihan trofi. Masing-masing diraih pada tahun 1934, 1938, 1982 dan 2006. Selain itu, pada 1968 Italia juga berhasil menjuarai Piala Eropa sebagai satu-satunya raihan trofi Henri Delauney yang pernah direbut. Tim Italia dijuluki Gli Azzurri atau "si biru langit" mengacu pada kostum utama mereka yang berwarna biru.
Daftar isi |
Prestasi Awal
Tim nasional Italia pertama kali mencuat secara internasional pada tahun 1934 seiring dengan gelaran Piala Dunia yang diadakan di sana. Italia, yang saat itu di bawah komando Benito Mussolini berhasil meraih trofi mereka dengan bantuan beberapa Oriundi, atau pemain keturunan Italia yang pernah membela negara lain, terutama Argentina ada yang unik di Tim Italia yaitu 9 dari 11 pemain yang membela Gli Azzuri berasal dari klub Juventus seperti Giampiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi dan Mario Varglien.
Empat tahun berselang Italia berhasil mempertahankan gelar dalam hajatan yang diadakan di Perancis. Sukses beruntun Italia tersebut tak lepas dari peran pelatih Vitorio Pozzo dan kapten tim Guiseppe Meazza. Sayangnya, Perang Dunia II memupus harapan Italia untuk mencetak hattrick setelah dibatalkannya Piala Dunia 1942. Menjelang Piala Dunia 1950, Italia mempunyai tim yang dihormati di kancah Eropa, di mana mayoritas pemainnya berasal dari klub Torino dengan bintangnya Valentino Mazzola. Sayangnya, sebuah kecelakaan pesawat merampas nyawa seluruh punggawa klub Torino, yang juga berarti mengurangi kekuatan Italia secara signifikan di ajang Piala Dunia yang digelar di Brazil pada 1950.
Trofi Eropa
Selepas tragedi tersebut, Italia tidak pernah berprestasi maksimal. Beberapa ajang Piala Dunia bahkan mencatat sejarah buruk Azzurri, di antaranya yang dikenal dengan "Battle of Santiago" pada Piala Dunia 1962 di Cili. Partai antara tuan rumah Cili dan Italia tersebut dikenang sebagai salah satu partai terbrutal dalam sejarah Piala Dunia menyusul banyaknya insiden antar pemain. Kekalahan memalukan selanjutnya adalah ketika Italia tersisih di tangan wakil Asia, Korea Utara di ajang Piala Dunia 1966 di Inggris.
Baru pada 1968, melalui pemain seperti Sandro Mazzola (putra dari Valentino Mazzola), Luigi Riva dan Omar Sivori, Italia merebut gelar prestisus Kejuaraan Eropa setelah mengalahkan Yugoslavia dalam partai puncak. Keberuntungan menaungi Italia ketika di semifinal mereka menyisihkan tim kuat Uni Sovyet melalui undian koin!
Tim yang memenangi Euro 1968 tersebut dipertahankan pada Piala Dunia 1970 di Meksiko. Italia melaju ke final setelah melewati partai yang dikenang sebagai pertandingan terbaik sepanjang masa oleh World Soccer melawan Jerman Barat yang dimenangi Italia dengan skor 4-3 setelah melewati dua kali perpanjangan waktu. Di final, Italia takluk di tangan tim Samba, Brasil, yang diperkuat bintang seperti Pele, Carlos Alberto dan sebagainya.
Sepanjang dekade 70-an, Italia hampa gelar. Satu-satunya prestasi terbaik setelah 1970 adalah tampilnya Italia di semifinal Piala Dunia 1978 di Argentina. Saat itu Italia dilatih oleh Enzo Bearzot dan masih menampilkan Dino Zoff, kiper yang merebut gelar Euro 1968 sebagai penjaga gawang utama.
Era Enzo Bearzot
Menyongsong Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol, kesebelasan Italia diguncang skandal setelah beberapa pemain dan klub lokal terlibat judi totonero. Di antara pemain yang terhukum adalah striker Paolo Rossi yang juga tampil di Argentina 78. Meski tidak banyak bermain di kompetisi akibat hukuman, Bearzot tetap memanggil Rossi sebagai salah satu pemain di Piala Dunia 1982. Bearzot juga masih mempertahankan Dino Zoff sebagai penjaga gawang, yang sekaligus mengukir rekor pemain tertua yang berlaga di Piala Dunia dengan usia lebih dari 40 tahun.
Italia memulai Piala Dunia dengan tidak meyakinkan setelah hanya lolos dari penyisihan Grup 1 dengan modal 3 kali seri. Di pertandingan pertama, kekuatan baru Eropa saat itu, Polandia berhasil menahan seri Italia. Tetapi, melawan tim yang dianggap kelas dua, Peru, Italia kembali hanya bisa memaksakan hasil imbang. Gol Bruno Conti dibalas Peru tujuh menit jelang pertandingan usai. Pertandingan selanjutnya lebih parah. Melawan Kamerun, yang notabene merupakan debutan di Piala Dunia, lagi-lagi Italia bermain seri 1-1. Gol dicetak oleh Francesco Graziani, striker Fiorentina pada saat itu. Mengumpulkan nilai 3 dari tiga kali imbang, poin Italia disamai oleh Kamerun. Italia beruntung punya tabungan mencetak gol yang lebih banyak daripada Kamerun.
Di babak selanjutnya, Italia tergabung bersama Grup C, grup maut yang dihuni oleh juara bertahan Argentina dan tim kuat Brasil yang diperkuat pemain handal macam Socrates dan Falcao. Italia beruntung bisa mengalahkan Argentina dengan skor 2-1. Dua gol dicetak oleh gelandang Marco Tardelli dan Antiono Cabrini. Hal itu memicu kecaman terhadap taktik Bearzot, dan stok penyerang yang dibawanya. Bearzot menerapkan taktik catenaccio, mengutamakan pertahanan yang ketat. Salah satu episode terkenal adalah penjagaan ekstraketat dari Claudio Gentile terhadap bintang Argentina, Diego Maradona.
Sebagai respon terhadap kritik, Paolo Rossi yang masuk tim secara kontroversial memperlihatkan ketajamannya, di antaranya menjebol tiga kali gawang Brazil di pertandingan kedua Grup C. Rossi membobol gawang Brazil dari menit ke-5, dan disamakan oleh Socrates pada menit ke-12. Rossi membawa Italia unggul sampai babak pertama berakhir ketika pada menit ke-25 dia mencetak gol keduanya di turnamen. Brazil membalas di babak kedua, dengan Falcao memjebol gawang Dino Zoff di menit 68. Selang 6 menit kemudian, Rossi melengkapi hattricknya dan membawa Italia unggul sampai pertandingan selesai. Kemenangan 3-2 itu membawa Italia memuncaki grup dan kembali menantang Polandia di semifinal.
Duel di semifinal yang merupakan ulangan duel di awal turnamen berhasil dimenangi Italia 2-0. Paolo Rossi mencetak gol keempat dan kelimanya di turnamen dengan memborong dua gol atas Polandia yang di antaranya diperkuat Zbigniew Boniek. Di lain pihak, Jerman Barat sukses menghempaskan Perancis lewat adu penalti setelah skor imbang 3-3. Dua partai semifinal menghasilkan pertemuan klasik antara Jerman Barat dan Italia, ulangan semifinal Piala Dunia 1970 yang seru.
Duel antar juara dua kali Piala Dunia tersebut berakhir dengan kemenangan Azzurri. Magi Rossi kembali membawa tuah bagi Italia ketika dia mencetak gol keenam di turnamen ini sekaligus membuka skor. Marco Tardelli menambah keunggulan Italia, yang dilengkapi dengan gedoran Alessandro Altobelli untuk membawa negeri spaghetti itu memimpin 3 gol. Jerman hanya memperkecil kedudukan melalui satu gol Paul Breitner. Hasil akhir 3-1 untuk kemenangan Italia. Itu menjadi titel dunia ketiga bagi Italia sekaligus menyamai raihan titel Brasil. Paolo Rossi tampil sebagai pemain terbaik turnamen dan meraih sepatu emas dengan 6 gol-nya.
Ironisnya, Italia justru tidak lolos ke putaran final Euro 1984, meski masih bermaterikan tim juara dunia dan pelatih Enzo Bearzot. Prestasi Italia juga tidak meyakinkan selama sisa dekade 80-an, dan baru bangkit pada 1990 ketika mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Italia terhenti di semifinal oleh Argentina bersama Diego Maradona, yang merupakan juara bertahan, dalam drama adu penalti. Di playoff, Italia berhasil mengalahkan Inggris dan merebut gelar hiburan sebagai peringkat ketiga.
Skuad Italia di Piala Dunia 1982
- Penjaga Gawang: Dino Zoff (Juventus), Ivano Bordon (Inter Milan), Giovanni Galli (Fiorentina)
- Belakang: Franco Baresi (AC Milan), Guiseppe Bergomi (Inter Milan), Antonio Cabrini (Juventus), Fluvio Collovati (AC Milan), Claudio Gentile (Juventus), Gaetano Scirea (Juventus), Pietro Vierchowod (Fiorentina)
- Gelandang: Giancarlo Antognoni (Fiorentina), Guiseppe Dossena (Torino), Giampiero Marini (Inter Milan), Gabriele Oriali (Inter Milan), Marco Tardelli (Juventus), Franco Causio (Udinese), Bruno Conti (AS Roma)
- Penyerang: Daniele Massaro (Fiorentina), Alessandro Altobelli (Inter Milan), Francesco Graziani (Fiorentina), Paolo Rossi (Juventus), Franco Selvaggi (Cagliari)
- Pelatih: Enzo Bearzot
Dekade 90-an
Pada 1994, Italia yang diperkuat bintang Juventus, Roberto Baggio dan beberapa pemain AC Milan berhasil melaju sampai final menghadapi Brasil. Baggio menjadi bintang ketika mencetak rangkaian gol penentu menuju final. Sayangnya, justru Baggio pula yang menjadi biang kekalahan Italia ketika dirinya gagal mencetak gol dalam drama adu penalti. Selain Baggio, kapten Italia dan AC Milan, Franco Baresi juga gagal. Raihan Italia kembali disalip oleh Brasil dengan empat titel.
Tahun 1996 dan 1998 adalah catatan kegagalan Italia, masing-masing di Euro 96 (yang digelar di Inggris) dan Perancis 98. Italia tersisih di penyisihan grup setelah kalah dalam selisih gol dengan Republik Ceko. Di Piala Dunia 1998, Italia gagal di tangan Perancis melalui adu penalti. Perancis kemudian meraih gelar juara Piala Dunia.
Duel antara Italia dan Perancis kembali berulang di final Piala Eropa 2000 yang digelar di Belanda-Belgia. Di final, Italia unggul 1-0 sampai menit terakhir injury time ketika penyerang Perancis Sylvain Wiltord membawa malapetaka dengan membobol gawang kiper Italia Francesco Toldo untuk memaksakan perpanjangan waktu. Di babak perpanjangan waktu, David Trezeguet berhasil mencetak gol untuk Perancis. Saat itu sistem permainan menggunakan sistem Sudden Death, sehingga Italia dipastikan kalah di final. Kekalahan tragis itu membayangi Italia di Piala Dunia 2002 setelah mereka dipukul oleh tuan rumah Korea Selatan. Pasca kekalahan di Piala Dunia 2002, kapten Paolo Maldini mengundurkan diri sekaligus mengukir rekor sebagai pemain dengan 126 caps, terbanyak sepanjang masa.
Drama berlanjut di Piala Eropa 2004. Pelatih Giovanni Trapattoni yang juga menangani Azzurri di Jepang-Korea 2002 gagal membawa Italia lolos penyisihan setelah hanya mengumpulkan nilai 5 dari tiga kali bertanding. Dua tim Skandinavia, Swedia dan Denmark menyisihkan Italia melalui hitung-hitungan selisih gol yang rumit. Kegagalan itu mengakibatkan Trapattoni mundur dan digantikan oleh Marcello Lippi.
Piala Dunia 2006
Pelatih Marcello Lippi membawa Italia lolos ke Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman. Italia lolos ke Jerman setelah menjuarai grup dalam Kualifikasi Piala Dunia, dan kemudian tergabung dalam Grup E bersama Republik Ceko, Amerika Serikat dan Ghana. Sebelum Piala Dunia, skandal kembali marak ketika dakwaan terhadap beberapa klub yang mengguncang persepak bolaan Italia digulirkan. Kasus yang populer dengan istilah calciopoli tersebut menyita konsentrasi sejumlah pemain Italia yang klubnya terlibat.
Pada pertandingan pertama, Italia berhasil mengatasi Ghana dengan skor 2-0. Andrea Pirlo dan Vincenzo Iaquinta mencetak gol-gol untuk Italia. Di pertandingan kedua, Italia bermain imbang dengan Amerika Serikat, 1-1. Alberto Gilardino mencetak gol untuk Italia sebelum Cristian Zaccardo membuat gol bunuh diri untuk membuat pertandingan imbang. Pertandingan penentuan melawan Republik Ceko berhasil dimenangkan ketika Marco Materazzi dan Filippo Inzaghi mencetak dua gol kemenangan Italia sekaligus meloloskan tim Azzurri ke babak selanjutnya.
Di fase knock-out, Italia bertemu dengan Australia yang keluar sebagai runner up Grup F. Pertandingan dimenangkan pada menit terakhir ketika Francesco Totti berhasil mengeksekusi penalti yang diberikan wasit akibat pelanggaran kepada bek Fabio Grosso oleh pemain Australia. Di perempat final, Italia menyisihkan Ukraina dengan skor 3-0. Luca Toni membuat dua gol, dan satu tambahan gol dari Gianluca Zambrotta membuat Italia melenggang ke semi final untuk pertama kalinya sejak 1994. Di semifinal, tuan rumah Jerman menantang Italia. Dalam pertandingan yang diadakan di Dortmund, kedua tim bermain terbuka dan atraktif sehingga banyak disebut sebagai pertandingan terbaik Piala Dunia. Italia mengulangi memori drama perpanjangan waktu Piala Dunia 1970, ketika jelang usai perpanjangan waktu kedua, Fabio Grosso mencetak gol mematikan dari dalam kotak penalti. Alessandro Del Piero menyempurnakan malam untuk Italia sekaligus mengirim Jerman ke playoff tempat ketiga. Di final, Italia menghadapi Perancis yang lolos setelah menyingkirkan favorit Brasil dan Portugal.
Final Piala Dunia 2006 berlangsung di Berlin. Perancis memimpin terlebih dahulu melalui penaltiZinedine Zidane setelah Florent Malouda terganjal Marco Materazzi. Tak lama kemudian, Materazzi membalas dengan mencetak gol sundulan menyambut tendangan pojok Andrea Pirlo. Materazzi pula yang menjadi aktor terusirnya bintang Perancis, Zidane, setelah dirinya ditanduk. Sampai berakhirnya dua kali perpanjangan waktu, kedua tim gagal mencetak gol dan pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Kelima eksekutor Italia berhasil menyarangkan gol, sementara David Trezeguet gagal mencetak gol untuk Perancis. Italia akhirnya menjadi juara dunia untuk keempat kalinya. Italia mencatat hanya dua kali kebobolan, satu melalui gol bunuh diri Zaccardo, dan satu melalui penalti Zidane. Hasil itu membuktikan bahwa pertahanan masih menjadi tradisi Italia sesuai dengan pakem catenaccio yang mereka anut.
Skuad Italia di Piala Dunia 2006:
- Penjaga gawang: 1 Gianluigi Buffon (Juventus) 12 Angelo Peruzzi (SS Lazio) 14 Marco Amelia (AS Livorno)
- Belakang: 2 Christian Zaccardo (US Palermo) 3 Fabio Grosso (US Palermo) 5 Fabio Cannavaro (Juventus Turin) 6 Andrea Barzagli (US Palermo) 13 Alessandro Nesta (AC Milan) 19 Gianluca Zambrotta (Juventus Turin) 22 Massimo Oddo (Lazio) 23 Marco Materazzi (Inter Milan)
- Tengah: 4 Daniele De Rossi (AS Roma) 8 Gennaro Gattuso (AC Milan) 10 Francesco Totti (AS Roma) 16 Mauro Camoranesi (Juventus Turin) 17 Simone Barone (US Palermo) 20 Simone Perrotta (AS Roma) 21 Andrea Pirlo (AC Milan)
- Depan: 7 Alessandro Del Piero (Juventus Turin) 9 Luca Toni (Fiorentina) 11 Alberto Gilardino (AC Milan) 15 Vincenzo Iaquinta (juventus) 18 Filippo Inzaghi (AC Milan)
- Pelatih: Marcello Lippi
Paska Piala Dunia 2006
Setelah kemenangan di Piala Dunia, Marcello Lippi mengumumkan pengunduran dirinya. Roberto Donadoni, mantan pemain AC Milan dan pelatih klub Livorno ditunjuk sebagai pengganti Lippi. Pengunduran Lippi rupanya juga diikuti mundurnya dua pilar Azzurri di masa Lippi, Francesco Totti dan Alessandro Nesta. Hal itu menambah berat beban Donadoni untuk meloloskan Italia ke putaran final Euro 2008 di Swiss-Austria. Meski dengan awalan yang kurang sempurna, Italia akhirnya berhasil memastikan lolos ke putaran final Euro 2008 setelah memenangi laga melawan Skotlandia.
Di putaran final, Italia tergabung di Grup C bersama dua kandidat juara lainnya, Belanda dan Perancis, plus kuda hitam Rumania. Pada pertandingan pertama, Italia takluk 0-3 dari Belanda. Selanjutnya Italia ditahan Rumania 1-1 dan mengalahkan Perancis 2-0 untuk melaju ke perempat final melawan juara Grup D, Spanyol. Italia akhirnya tersingkir lewat drama adu penalti, setelah skor 0-0 bertahan hingga usai dua kali perpanjangan waktu. Spanyol yang mengalahkan Italia, akhirnya menjadi juara Piala Eropa 2008.
Buntut dari kegagalan di Piala Eropa 2008 adalah dengan dipecatnya pelatih Roberto Donadoni oleh Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). FIGC kemudian menunjuk kembali mantan pelatih tim nasional Italia di Piala Dunia 2006, Marcello Lippi, untuk menangani Italia di kualifikasi Piala Dunia 2010.
Rekor Piala Dunia
- 1930 - Tidak ikut
- 1934 - Juara
- 1938 - Juara
- 1950 - Babak 1
- 1954 - Babak 1
- 1958 - Tidak lolos
- 1962 - Babak 1
- 1966 - Babak 1
- 1970 - Tempat kedua
- 1974 - Babak 1
- 1978 - Tempat keempat
- 1982 - Juara
- 1986 - Babak 2
- 1990 - Tempat ketiga
- 1994 - Tempat kedua
- 1998 - Perempat final
- 2002 - Babak 2
- 2006 - Juara
- 2010 - Babak 1
Rekor Piala Eropa
- 1960 - Tidak ikut
- 1964 - Tidak lolos
- 1968 - Juara
- 1972 - Tidak lolos
- 1976 - Tidak lolos
- 1980 - Tempat keempat
- 1984 - Tidak lolos
- 1988 - Semifinal
- 1992 - Tidak lolos
- 1996 - Babak 1
- 2000 - Tempat kedua
- 2004 - Babak 1
- 2008 - Perempat final
|
|
Tim nasional sepak bola Eropa (UEFA) | |
---|---|
Albania · Andorra · Armenia · Austria · Azerbaijan · Belanda · Belarus · Belgia · Bosnia dan Herzegovina · Bulgaria · Ceko · Denmark · Estonia · Finlandia · Georgia · Hongaria · Inggris · Irlandia · Irlandia Utara · Islandia · Israel · Italia · Jerman · Kazakhstan · Kepulauan Faroe · Kroasia · Latvia · Liechtenstein · Lituania · Luksemburg · Republik Makedonia · Malta · Moldova · Montenegro · Norwegia · Perancis · Polandia · Portugal · Rumania · Rusia · San Marino · Skotlandia · Serbia · Siprus · Slowakia · Slovenia · Spanyol · Swedia · Swiss · Turki · Ukraina · Wales · Yunani |
Finalis Piala Dunia FIFA 2006 | |
---|---|
Juara | Italia |
Runner-up | |
Tempat ketiga | |
Tempat keempat | |
Gugur di babak perempat final | |
Gugur di babak 16 besar | |
Gugur di babak penyisihan grup | Amerika Serikat · Angola · Arab Saudi · Iran · Jepang · Korea Selatan · Kosta Rika · Kroasia · Pantai Gading · Paraguay · Polandia · Republik Ceko · Serbia dan Montenegro · Togo · Trinidad dan Tobago · Tunisia |
Walaupun Italy tadi malam kalah, w tetep dukung italy koq . |
---|